Banyak sekali orang yang sering mengatakan bahwa "saya ada sinus" dengan maksud yaitu sinus adalah suatu penyakit, setiap orang memang mempunyai sinus karena sinus itu adalah salah satu nama dari anatomi bagian tubuh kita bukan dari nama penyakit. Dan banyak pula orang yang mengatakan bahwa "saya punya sinusitis nih" tapi sebenernya mereka tidak mengetahui apa itu sebenernya penyakit sinusitis. Berawal dari banyak ketidaktahuan orang awam mengenai penyakit sinusitis itu sendiri dan juga untuk menambah wawasan para mahasiswa kedokteran mengenai penyakit sinusitis, saya akan mencoba membahas mengenai sinusitis terutama sinusitis ethmoidalis, secara ringkas menurut buku-buku yang saya baca dan ilmu yang saya pelajari dibagian THT agar dapat berguna bagi semua orang yang membacanya.
Apa itu sinus ?
Sinus atau didalam anatomi kita sebut sebagai sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit di deskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Sinus sendiri dibagi menjadi 4 pasang yaitu dimulai dari yang terbesar sinusitis maksila, lalu sinus frontal, sinus ethmoid, dan sinus sfenoid kanan dan kiri.
Gambar anatomi sinus normal
Apa fungsi dari sinus ?
SINUSITIS itu apa sih ?
Sinusitis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai dan dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut juga rinosinusitis.
Sinusitis Ethmoid itu sendiri adalah peradangan yang terjadi pada mukosa sinus ethmoidalis.
Penyebabnya dari sinusitis ?
Selain itu kelainan imunologik atau keadaan umum yang lemah seperti malnutrisi, terapi steroid jangka lama, kemoterapi dapat juga menjadi faktor-faktor predisposisi yang sistemik. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok yang dapat menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.
Klasifikasi
1. Akut yaitu dengan batas sampai 4 minggu
2. Subakut yaitu dengan batas 4 minggu sampai 3 bulan
3. Kronik yaitu dengan batas jika lebih dari 3 bulan.
Bagaimana sih bisa terjadinya sinusitis ?
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam kompleks ostio-meatal (KOM).
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema akibat peradangan pada mukosa sinus dapat menyebabkan penyumbatan pada ostium alami sinus. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini dianggap sebagai rinosinusitis akut non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen atau makin kental. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotik. Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), peradangan berlanjut dikenal sebagai rinosinusitis kronik. Pada keadaan ini dapat terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak menjadi seperti jaringan granulosa, dan ditemukan organisme didalam jaringan submukosa bahkan dapat juga ditemukan didalam tulang. Perubahan mukosa yang kronik menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.
Gambar patofisiologi sinusitis
Apa saja gejala sinusitis ?
Gejala pasti dari berbagai jenis sinusitis memiliki berbagai kemiripan, seperti nyeri. Keluhan nyeri atau rasa tekanan didaerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut, pada sinusitis etmoid rasa nyeri dirasakan di antara atau di belakang ke dua bola mata. Pada sinusitis maksila rasa nyeri dirasakan di pipi.
Gejala lain adalah sakit kepala, berkurangnya indera penciuman (hipoosmia / anosmia), halitosis (bau mulut) seperti ada sesuatu yang tertelan kedalam tenggorokan (post nasal drip) yang dapat menyebabkan batuk dan sesak pada anak.
Keluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit untuk di diagnosis. Kadang-kadang hanya 1 atau 2 dari gejala-gejala dibawah ini yaitu sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok, gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba Eustachius, gangguan ke paru seperti bronchitis (sino-bronkitis). Pada anak, mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.
Pemeriksaan Sinusitis
Pada pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, Tanda khas dalam pemeriksaan sinusitis yaitu ditemukan adanya pus di meatus medius (pada sinusitis maksila, sinusitis ethmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior ( pada sinusitis ethmoid posterior dan sfenoid). Pada inspeksi sinusitis etmoid akut jarang menyebabkan pembengkakan di luar, kecuali bila telah terbentuk abses. Pada palpasi Sinusitis etmoid menyebabkan rasa nyeri tekan di daerah kantus medius. Pada sinusitis maksila rasa nyeri tekan terasa pada daerah pipi.
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis sinusitis adalah foto polos sinus paranasal posisi waters, PA dan lateral. Dan CT-Scan yang merupakan gold standard untuk mendiagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya. Namun, karena mahal jadi jarang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis pasti penyakit sinusitis.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sinusitis dapat dibagi menjadi pentalaksanaan medikamentosa non-medikamentosa dan bedah.
Penatalaksanaan Medikamentosa
Pada sinusitis akut bakterial dapat diberikan antibiotik dan dekongestan untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika diperkirakan kumannya telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksisilin-klavunat atau jenis sefalosporin generasi kedua. Pada sinusitis antibiotik diberikan selama 10 – 14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Obat-obat yang bersifat sebagai dekongestan terhadap mukosa seperti topikal oxymetazoline atau obat dekongestan yang lain, dapat membantu untuk melapangkan mukosa. Terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, steroid oral / topikal. Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan sekret jadi lebih kental.
Penatalaksanaan Non-Medikamentosa
Terapi pemanasan (diatermi) dengan gelombang pendek selama 10 hari. Terapi ini dapat membantu penyembuhan sinusitis dengan memperbaiki vaskularisasi sinus.
Penatalaksanaan Bedah
DAFTAR PUSTAKA
1) Colman, B. Diseases of the Nose, Throat and Ear, and Head and Neck, Fourteenth edition. UK : Oxford University Press. 1992. Page 49-54
2) Cody, D. Thane R, et all. Penyakit telinga, hidung dan tenggorokan. Jakarta : EGC. 1993. Hal 229 - 38
3) Soepardi, E, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi 6. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal 145-53